Quantcast
Channel: Ophi Ziadah
Viewing all articles
Browse latest Browse all 420

Kamera Ponselku dan Ribuan Momen Yang Terekam

$
0
0



Kamera Ponselku dan Ribuan Momen Yang Terekam. Apa yang bisa menggambarkan hubungan antara Aku dan Kamera Ponsel? Bukan sebuah hubungan yang kadang benci namun selalu dirindukan ala"love and hate relationship" sepasang TTM sih tapi jujur saya beberapa kali hampir patah hati gegara kamera ponsel. Kok bisa? bukan mau lebay tapi beneran setidaknya dua kali sudah saya merasakan panas dingin dan dag dig dug jeder gegara kamera ponsel lebih tepatnya ponsel dengan photo-photo yang terekam lewat kameranya.


Kejadian pertama sekitar tiga tahun lalu saat saya kecopetan ponsel. Rasanya lemas dan pingin nangis. Saat itu yang terbayang bukan hanya nilai nominal di balik ponsel - yang kebetulan sekali dibelikan suami saya - namun juga ribuan photo yang tersimpan di sana. Biasanya ini inu ya beli sendiri. Udah gede, kerja, punya duit sendiri masak masih minta dibeliin! Hiks Yang membuat saya ketar ketir melebihi wajah "kesal" suami adalah mengingat ribuan kenangan yang tersimpan dalam gallery kamera ponsel saya. Tak tergantikan oleh apapun karena semua rekaman perjalanan baik personal maupun keluarga saya simpan di sana.

Untuk akun media sosial yang terpasang di ponsel segera bisa saya ganti password, mobile banking segera diblockir dan lain sebagainya. Tapi gambar-gambar di kamera ponsel? Duh! saya beneran pingin nangis mengingatnya. Bukan sekedar soal raibnya photo-photo yang meng-capture berbagai momen dalam hidup saya beberapa tahun belakangan, namun ada kekhawatiran jika photo-photo tersebut kemudian akan dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggungjawab. Hmm makin merinding disco.


Kejadian serupa tapi tak sama terulang ketika ponsel saya yang merupakan pengganti dari ponsel saya yang dicopet tersebut sempat mengalami kerusakan IC. Kali ini ponsel dari merk yang berbeda namun dengan kualitas dan kelas yang setara dengan yang hilang. Pastinya saya harus beli sendiri. Bukan suami kapok membelikan tapi saya merasa tidak nyaman jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti sebelumnya. Perasaan bersalah lama hilangnya. Padahal siapalah yang mau kecopetan yaak! Jadi beli sendiri, rasanya lebih tenang.


Kejadian berawal dari seringnya ponsel tersebut mengalami over atau high temperature alias kepanasan. Awalnya saya pikir baterainya. Setelah dicek di service center ternyata ada masalah di IC dan harus diganti dengan yang baru. Silahkan semua data termasuk gambar di backup dulu nanti hari senin setelah spare-partnya siap langsung bisa kita ganti. Saya nyerah dung soal backup-backupan. Saya serahkan sama Ayahnya anak-anak untuk membackup saya #eh! Entahlah apa yang terjadi setelah diperbaiki, lalu ponsel di restore, kok data termasuk photo-photo yang jumlahnya ribuan itu kok tidak kembali setelah recovery. *nangis guling-guling*


Mengapa Kamera Ponsel Penting (Banget) Buat Saya?

Fungsinya yang strategis

Penting banget gitu kamera ponsel? Saya yakin sih hampir semua pengguna ponsel bilang penting. Nah derajat kepentingannya mungkin yang berbeda-beda. Penting aja sampai penting banget. Buat saya, sejak aktif ngeblog beberapa tahun lalu, kamera ponsel menjadi salah satu property andalan buat ngeblog. Sepakat kan kalau selain konten yang bernas dan berisi, postingan blog menjadi lebih menarik dengan gambar yang kece dengan kualitas oke. 

Satu gambar kadang mewakili lebih dari ribuan kata. Sebagai emak rempong yang sebetulnya menjadikan blogging sebagai hobby dan me time. Menyempurnakan postingan di blog dengan gambar ciamik seperti menyempurnakan masakan dengan bumbu yang pas *halah. Dalam keterbatasan waktu, kegiatan mempercantik postingan dengan gambar yang oke, saya (biasanya) lakukan kapan saya bisa dan tak mengenal posisi sehingga menyimpannya dalam ponsel menjadi lebih strategis. 

Ternyata kamera ponsel ini juga membantu menyimpan catatan yang kadang sering tercecer karena sejujurnya saya mudah lupa. Saat menghadiri event-event tertentu misalnya, saya bakal memotret materi yang disampaikan misalnya ketimbang mencatat. Lain waktu saat melakukan traveling, karcis obyek wisata, rute penunjuk arah, alamat rumah makan dan seterusnya saya potret lalu saya simpan. Ini sangat membantu saat saya kemudian menuangkannya dalam tulisan.

Bahkan dengan kamera ponsel saya bisa mendadak jadi reporter lho. Iya jepret kejadian yang terjadi di hadapan kita lalu share ke lini masa media sosial. Seperti kejadian kemarin sore saat kami bertemu banjir di underpass PIM sepulang kantor. Informasi langsung di sahre di Facebook dan Twitter dengan harapan memberikan infomasi bagi yang membutuhkan. Sestrategis itulah kamera ponsel buat saya.

#MendadakReporter



Penggunaannya yang Praktis

Selain kegiatan ngeblog saya juga sangat fleksibel *baca tidak terschedule dengan fix*, sehingga menyimpan gambar dengan ponsel lalu kemudian melakukan pengeditan dan penyempurnaan untuk menjadi gambar yang pas dan ciamik di blog bisa (dan seringnya) saya lakukan via ponsel dan dalam kondisi kapanpun saya bisa, misalnya sambil nunggu commuter line di stasiun atau bahkan saat berdesakan di comlen. 

Lebih lanjut untuk kegiatan keseharian maupun merekam momen-momen dalam kehidupan keluarga dan anak-anak. Kamera ponsel menjadi pilihan yang paling praktis dan strategis. Tidak hanya menyimpan photo tetapi juga merekamnya dalam video pendek. Berbagai perjalanan yang saya lakukan yang kemudian hari saya tuangkan dalam tulisan di blog atau perkembangan anak-anak yang kelak saya rekam dalam bentuk tulisan di blog dengan mudah saya simpan dan rekam melalui kamera ponsel.

Parktis tinggal slide lalu jeprat jepret. Kadang ada momen penting, berharga, lucu, atau seru yang harus segera tercapture dan menggunakan kamera "beneran" bakal takes time. Alih-alih saya kehilangan momen, kamera ponsel sangat praktis menjawab kebutuhan tersebut. Misalnya saat mendengar ocehan pertama dek Paksi berikut ini, saya langsung rekam dengan kamera ponsel.



Kualitas Gambarnya yang Tidak Kalah Kece.

Ah masa sih? yaa pastilah ada bedanya photo dengan kamera SLR/DLSR dengan kamera ponsel. Well, tentu saja. Tapi untuk kebutuhan utama menyediakan gambar ciamik di blog, photo-photo dari kamera ponsel sekarang sudah jauh memadai. Apalagi kita bisa menyempurnakan gambar dengan berbagai aplikasi editing. Tapi pastinya, kita harus memilih kamera ponsel dengan kualitas yang oke dung yaa. ASUS Zenfone series terutama Zenfone 2 Laser ZE550KL merupakan salah satu ponsel yang banyak digemari oleh mereka yang hobi jeprat-jepret menggunakan ponsel, tentu saja karena berbagai kelebihan pada kameranya. Tapi kabarnya yang bikin Zenfone ini disukai para pengguna kamera ponsel adalah teknologi lasernya yang membuat hasil jepretannya tajam dan jernih. 

Tips agar Photo dalam Kamera Ponsel Aman 

Berkaca dari pengalaman dengan kamera ponsel yang bikin dag dig dug dan pingin garuk tembok. Saya kemudian menemukan hikmah di sana *Jiyaah gaya bener*. Untuk menghindari dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang terjadi pada saya, ternyata ada beberapa tips sederhana yang bisa kita lakukan. Jangan-jangan teman-teman semua sudah melakukannya dan saya baru menemukan dan mempraktikkan tips ini belakangan. Tapi better late than never yaa! Gak ada kata terlambatlah! Bagaiama caranya?


1. Back up photo yang kita simpan di kamera ponsel secara online, misalnya dengan google drive, dropbox atau cloud. Informasi lengkapny bisa di googling yaa. Jangan lupa perhatikan daya simpan akun kita di masing-masing aplikasi penyimpan tersebut ya.

2. Simpan/copy atau pindahkan photo-photo dalam ponsel secara berkala ke PC/laptop/computer. Jika kita tetap ingin menyimpannya di ponsel karena membutuhkannya suatu waktu, cukup dengan  meng-copy semua photo-photo secara berkala ke personal computer kita. Supaya rapih buatlah perfolder. Misalnya buat folder per 3 bulan dengan nama folder "Photo Zenfone Mei -Juli 2016". 

Jika kita ingin memindahkannya maka bisa kita cut lalu paste ditempat yang baru atau menghapus yang tersimpan di ponsel.  Jujur dari semua photo-photo di ponsel saya yang hilang dicopet dan di-restore beberapa tertolong karena sebagian ada yang sudah saya simpan sebelumnya ke lap top. Sayangnya saya belum melakukannya secara berkala dan rutin waktu itu.

3. Untuk photo-photo yang kita anggap sangat monumental atah share-able, ada baiknya kita share secara langsung di berbagai akun media sosial kita. Facebook, Twitter, Instagram, Path, Pinterest atau apapun. Bukan sekedar ajang narsis atau pamer-pameran.  Media sosial ini juga merupakan media penyimpan gambar atau photo yang tidak lekang dimakan waktu. Saya sering mencari photo lama yang kebetulan saya butuhkan di media sosial ini. Jadi sambil narsis dan pamer bisa sekalian numpang menyimpan memory kan?

Baiklah rasanya sekian saja cerita tentang kamera ponsel versi saya, Semoga bermanfaat ya... kalau versi kamu seperti apa?



Viewing all articles
Browse latest Browse all 420

Trending Articles