Ada banyak cara menuju Toba, danau seindah syurga di tanah leluhur suku Batak. Tentu saja kita harus berada di Kota Medan terlebih dahulu. Garuda Indonesia merupakan pesawat yang membawa kami terbang dari Jakarta hingga ke Kualanamu. Perjalanan menuju Toba, masih harus ditempuh beberapa jam lagi dari sana.
Danau yang berasal dari Caldera yang terbentuk akibat ledakan yang terjadi antara 73 -75 ribu tahun lalu ini memang salah satu obyek wisata favorit di Sumatera Utara. Ledakan yang sering disebut sebagai letusan supervolcano yang kemudian terisi air. Danau vulkanik dengan luas 100km x 30km ini makin eksotis dengan Pulau Samosir yang terbentuk akibat tekanan magma dari dalam perut bumi.Mengapa rute menuju Toba kali ini tak biasa? Karena rute yang kami pilih kali ini merupakan rute yang luar biasa. Kami akan menjelajah Toba melewati sekitar sembilan Kabupaten hingga kembali ke Medan. "Kakak, siap-siap saja, kita bakal melewati lebih dari tujuh Kabupaten untuk sampai ke Toba dengan rute kita kali ini. Tapi saya jamin, perjalanan bakal sangat mengesankan."
Saya kemudian menghitung dan menyebutkan keras-keras setiap kami melewati semacam tugu perbatasan daerah. Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tanah Karo, Simalungun, Tobasa, Tapanuli Utara, Siantar, dan kembali ke Medan.
Saya tertidur saat mobil yang mengantar kami melaju meninggalkan Medan. Ini hari terkahir kami di Medan, sebelum besok pagi-pagi sekali terbang kembali ke Jakarta karena tiket pesawat sudah di-issued. Kami memadatkan jadwal kegiatan karena ingin menikmati keindahan Toba sebelum kembali. Saya sudah beberapa kali ke Medan, namun belum pernah bisa menjelajah hingga ke Toba. Sayang hanya satu hari saja!
Saat jalanan mulai berliku saya terbangun. Rasanya sekitar 1,5 jam perjalanan. Medan yang panas berganti dengan pemandangan berliku dengan pemohonan yang rimbun di kanan kiri jalan. Tak lama kami sampai ke dataran tinggi dengan udara yang sejuk. Perbukitan dengan ketinggian sekitar 800 mdpl, tepatnya di desa Tongging, Kabupaten Karo.
Air terjun Sipiso Piso anggun menjulang dengan ketinggian 120 meter. Kabarnya salah satu air terjun tertinggi di Indonesia. Sejuknya udara membuat landscape yang terhampar di depan mata semakin mempesona. Salah satu sisi perbukitan bahkan menyajikan pemandangan tak kalah indah. Wilayah ini ternyata berada di salah satu sisi Caldera danau Toba. Dari salah satu titik, kita bisa juga mengintip pemandangan menakjubkan salah satu tepi Danau Toba dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya, termasuk Samosir.
Lepas menikmati keindahan Sipiso-piso, kami melanjutkan perjalanan. Saya bahkan berjanji tak akan memejamkan mata karena sejak beranjak meninggalkan perbukitan ini, mata selalu disuguhi keindahan alam yang luar biasa. SubhanaAllah, hati saya penuh rasa kagum pada ciptaanNya yang demikian indah.
Jalan berliku, pemdangan yang berganti-ganti dari jajaran kebun buah, kebun sawit, hingga kebun karet. Lalu kembali menemui pemukiman penduduk dengan pemandangan yang khas. Sangat terasa, kami berada di dataran tinggi. Cuaca terlihat terik, namun udara sejuk dan angin semilir membuat perjalanan makin menyenangkan. Sepanjang jalan kami sengaja membuka jendela mobil.
Sampailah kami ke jalan Tele, Kabupaten Samosir. Ada menara pandang yang menjadi spot yang tepat untuk menikmati pemandangan seputar Caldera Toba. Hanya membayar RP.2000 saja untuk naik ke atas menara. Tak sebanding dengan pemandangan yang super indah yang kita dapatkan di atas menara.
SubhanaAllah, permukaan Danau Toba yang biru, gugusan bukit-bukit yang menghijau, langit biru nan cerah. Di salah satu sisi menjulang Gunung Pusuk Buhit, tampak gagah laksana para Raja Batak. Kabarnya dari sanalah asal Raja Batak. Di sisi lain, kita akan melihat garis-garis putih di antara hijaunya perbukitan. Rupanya air terjun yang banyak terdapat di kawasan tersebut. Di kejauhan tampak pula Pulau Samosir. Tujuan kami berikutnya.
"Jamilah ooh Jamilah, gadis cantik asal India..." salah satu lagu batak melayu mengiringi perjalanan kami menyusuri jalan di sisi bukit turun menuju Samosir. Jalanan berkelok, udara segar, pemandangan yang luar biasa cantik, dan lagu-lagu batak membuat perjalanan makin ceria. Akhirnya kami melewati jembatan perbatasan pulau... Samosir, Here we are! Pesona pulau di tengah danau dengan ketinggian 1000 mdpl, eksotis.
Sayangnya kami mengejar jadwal penyeberangan ferry di salah satu dermaga agar tidak terlalu malam sampai ke sisi lain Toba, tepatnya ke Parapat. Kami hanya melewati spot-spot yang menjadi referensi bagi para wisatawan. "Kakak harus punya waktu lebih banyak, kalau nanti berkunjung ke sini lagi". Kalau perlu menginaplah di hotel sekitar Toba, jangan di Medan."
Hmm well noted. Karena saya masih belum puas mengeksplore Toba dan Samosir serta keindahan yang tersimpan di sana.
Selepas senja kapal membawa kami menyebrangi Toba. Kami sengaja duduk di dek atas sambil melihat pemandangan malam Samosir. Saat merapat di Parapat, waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Kami harus kehilangan kesempatan melihat pemandangan yang tak kalah indah plus makan ikan danau di sini.
Kami mampir di sebuah kedai untuk mengisi perut sebelum kembali ke Medan dan tak lupa mencoba jus andaliman yang membuat mulut seperti meletup-letup.Bagaimana rasanya rempah yang biasa dijadikan bumbu masakan ini dibuat jus minuman? Penasaran? Cobain aja!
Hari yang melelahkan namun sangat mengesankan. Tengah malam kami sampai ke Hotel. Till we meet again, Toba!
Total 800 kata