Quantcast
Channel: Ophi Ziadah
Viewing all articles
Browse latest Browse all 420

Ada Cerita di Balik Goresan Tinta

$
0
0


Pada suasana rapat kerja pembicaraan tingkat I suatu RUU (Rancangan Undang-Undang) dimana para anggota Panja DPR dan Pemerintah yang diwakili oleh menteri terkait akhirnya menyelesaikan tugas konstitusional dan memberikan persetujuan bersama atas suatu RUU, biasanya ada kelegaan luar biasa di hati saya.


Alhamdulillah, hampir selesai tugas saya juga mengawal pembahasan RUU ini. Iya hampir selesai karena masih ada pembahasan tingkat II di rapat paripurna yang merupakan proses akhir persetujuan suatu RUU menjadi Undang-Undang. Kalau RUU-nya tidak terlalu politis dan sarat kepentingan, biasanya sih di pembicaraan tingkat II rapat paripurna sudah lebih santai. Semacam seremonial saja. Beda kalau yang muatannya politis atau sarat kepentingan, besa rame lagi di pembicaraan tingkat II. *Hayati lelah Bang*

Jujur dalam rapat kerja tersebut saya belum lega sampai para wakil dari masing-masing fraksi dan menteri dari wakil Pemerintah maju ke depan. Mereka berkumpul mendekati meja yang diatasnya telah disiapkan satu naskah lengkap dari draf RUU yang harus ditandatangi sebagai bukti persetujuan. Setelah proses panjang yang biasanya cukup menegangkan, lega sekali bisa melihat para Bapak (dan Ibu) itu bisa tertawa-tawa dan saling bercanda sambil menuju meja di mana nasakah RUU diletakkan.


"Silahkan Pak Menteri..." Biasanya Pimpinan Panja mempersilahkan Menteri untuk maju dan melakukan penandatangan sebagai bentuk persetujuan pada setiap lembar naskan RUU, disusul oleh semua wakil fraksi. Periode kali ini tentunya ada 10 fraksi.

"Waduuh apa ini? ""Waah Sekretariat ini gimana sih, masak mau tanda tangan dokumen negara sepenting ini dikasih pulpennya kayak gini" Lalu melirik ke arah kami yang duduk di belakang meja pimpinan. Saya (dan yang lain) sih biasanya nyengir aja. 

"Mau pake punya saya pak?" Pak Menteri berkelakar sambil mengeluarkan pulpen yang dari jarak pandang saya saja terlihat berkelas. Iyes, mata gak bisa dibohongi ya melihat barang mahal dan berkelas. Biasanya kelakar berlanjut dengan "saling menunjukkan" pulpen masing-masing. Haishhhh pamer nih bapak-bapak. 

Ya sudahlah pak, pulpen yang disediakan dengan APBN, ya yang kami siapkan di meja, kalau Bapak mau yang lebih kece dan mantap, Bapak kan punya sendiri.  Apa coba ngedumel sendiri. Tapi biasanya sekretariat komisi atau alat kelengkapan DPR sudah hafal dengan bapak-bapak ini. "Yaa ngapain juga dikasih yang mahal-mahal mbak Ophi, paling dia pake punyanya sendiri." 

Tapi ada betulnya juga sih. Kalau teringat perjuangan sampai ke hari tersebut rasanya kok yaa gimana gitu?. Selain memang dokumen negara. Lembaran-lembaran yang harus mereka tanda tangani itukah hasil perdebatan panjang, kadang tak kenal waktu. Pag, siang, malam, digeber. Saya sampe mual kadang, hiks! Saking bosen dan capeknya. Kalau lagi mujur, ada juga sih pembahasan RUU yang saya ditugasi menjadi perancang yang mendampingi bisa selesai dalam 2-3 bulan. Hanya sekitar 1 atau 2 masa sidang. 

Tapi ada juga RUU yang dalam beberapa periode belum juga kelar dibahas. Saya bahkan sudah angkat tangan dan tak bersedia lagi ditugasi di RUU tersebut. Periode keanggotaan sudah ganti, Presiden sudah berganti, undang-undangnya tak juga disahkan? Ada gitu? banyaak bro! terutama yang sarat kepentingan tadi. Tapi apalah daya, saya cuma prajurit. Kalau diperintah ya harus manut. Setia sama bangsa dan negara *jiyaaah* meski ya itu tadi sampai mual-mual. Makanya saya nyambi ngeblog aja, me time dan ngilangin mual  #eh!

Kalau seperti itu ceritanya, wajar lah yaa apa yang dibilang bapak-bapak yang terhormat tadi. Ada cerita yang begitu panjang hingga akhirnya tercapai satu kesepakatan dan persetujuan bersama antara pihak DPR yang beragam pandangannya dengan pihak Pemerintah yang juga kadang punya kepentingan dan ego sektoral masing-masing ketika suatu RUU terkait dengan banyak sektor. 



Maka goresan tinta dari pulpen yang berkelas rasanya wajar untuk membayar kisah panjang di baliknya. Udah susah-susah, eh tintanya bocor atau belepotan misalnya? Kan enggak banget tuh! selain bikin repot, tentunya sangat tidak elegan lah yaa.

Goresan tinta yang kelak akan mengatur 180 juta rakyat Indonesia. "'worth it" kalau sekalian pakai yang mahal mah! Dalam konteks ini saya sepakat dengan Edward Bulwer-Lyton yang bilang bahwa "The pen is mightier than the sword "

gambar dari https://www.facebook.com/crosspens.indonesia

Baiklah kali ini saya sepakat tanpa "minder headnote" dengan para bapak tadi. Yes, without dissenting opinion.  Aih...siapa juga yang nanya ya. Kan saya mah non-faction, tak punya hak suara. Kesiaaan deh daku.

Haish ini sponsored post apa curhat colongan sih?

Nah ini jadi sebenarnya saya mau ngomongin soal pulpen berkelas sih. Pulpen yang berkelas dan berkualitas memang worth it digunakan untuk mewakili momen penting. Salah satu pulpen berkelas yang bisa jadi referensi adalah merk CROSS. 

Brand Cross ini udah legend banget karena company-nya dibangun sejak 1846 merupakan "America's oldest manufacturer of fine writing instrument". Kalau kita kepo-in webstite-nya di www.cross.com, kita bisa lihat berbagai produknya yang memang kece abizz. Waw... artistik dan elegan banget. Untuk mereka yang menghargai setiap momen yang dituangkan lewat goresan tinta, kayaknya bakal langsung dapet chemistry dari pulpen Cross ini. 


Bukan cuma soal tampilan fisik yang berkelas, elegan, dan mewah sih. Secara kualitas, faktor kenyamanan penguna ternyata memberi bobot penilai yang cukup signifikan. Pulpen yang berkelas itu gak bocor tintanya. Kalau dipake gak bikin pegal kita yang megang. Trus pastinya nyaman saat digunakan. Udah pernah nyoba megang-megang pulpen-pulpen mahal? itu tuuh yang biasanya dipajang di bagian depan di toko-toko buku atau stationery mal terkemuka.

Saya pernah dapet Iya bukan beli pulpen kece kayak gitu. Pas graduation 10 tahunan lalu, sebagai kenang-kenangan kepada semua international student, selain dapat Ijazah kami dapet pulpen kece juga. Saya gak pake buat nulis-nulis sih. Saya sempet nyobain, tapi trus saya simpen. Buat kenang-kenangan, kalau pernah jadi mahasiswa Melbourne Uni gitu. Mudah-mudahan mereka meluluskan saya bukan karena kasihan apalagi khilaf yaa, hahaha. Well, puplen itu jadi semacam penyimpan memori buat saya. Hadiah atau gift yang simpel namun "berharga", bentuknya juga cantik dan elegan. 

Saya juga pernah dapet pulpen kece seperti pulpen mahal dan berkelas yang saya bilang tadi saat mendampingi Pak Deputi menerima kunjungan dari Center of Legislation Parlemen Korea Selatan yang menghadiahi kami pulpen kece. Alhamdulillah saya kebagian, biasanya kan mereka cuma kasih buat pimpinan aja ya. Hehe saya lagi ada rezeki kali. Sama! yang ini juga saya simpen, gak saya pakai. Sayang sih! *norak* Pun bentuknya terlalu mewah sih kalau saya pake sehari-hari, karena kayak ada ornamen goldnya gitu. 


Nah kalau koleksinya Cross itu ternyata macam-macam nih. Untuk yang suka model yang glamour, ada banget. Bahkan memang mengandung logam mulia. Kalau mau pakai yang lebih elegan bisa banget dipilih model-modelnya seusai selera. Bahkan kalau yang "kekinian", gak perlu risau karena baru-baru ini bekerja sama dengan Marvel *Iyes, produsen film-film holywood yang semua film super heroes-nya selalu booming, Cross mengeluarkan produk Cross Marvel.


Jadi Cross mengambil lisensi Marvel untuk tiga super heroes, yaitu: Captain America, Iron Man dan Spiderman. 2.Ketiga karakter tersebut menjadi icon yang dilekatkan pada pulpen Cross tipe Century II dan Tech II. Jadi yang ngaku penggemar para super heroes tadi, ayo buruan! jangan sampai kehabisan karena ini merupakan salah satu koleksi special edition yang dikeluarkan Cross di tahun 2016 ini.

Duuh semoga Dek Paksi gak tahu info ini ya, kan berabe kalau dia tahu bisa minta tiga-tiganya tuh. Bukan buat nulis lagi, buat gaya-gayaan dan main-mainan aja *kekepin dompet*  pasti gak ngerti arti kata mahal dia mah :P


Oh iya, untuk produk Marvel Century II dengan karakter Iron Man, beberapa lapisan logamnya dilapisi emas 23 karat, sedangkan untuk karakter Captain America dan Spiderman dilapisi Rhodium. Wiih jadi tetap "wah" ya meski ada superheroes kesukaanmu dilekatkan di situ. 

Tak mau kalah, produk Marvel Tech II juga menawarkan keunikan sebuah emblem yang ditempelkan pada setiap pulpen yang merepresentasikan masing-masing super heroes. Saya dapet bocoran harganya kalau di toko buku Gramedia Jakarta ada di kisaran Rp.2,4 juta untuk Century II dan Rp.700 ribu untuk yang Tech II. Untuk yang Tech2 II bisa digunakan untuk menulis kertas sekaligus di ponsel sentuh lhoo.

Nah jangan sampai bingung pilih mana ya? Kalau mau tanya-tanya produknya bisa juga nih ke Fanpage Cross Indonesia ini. Miminnya ramah kok :)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 420

Trending Articles